Feature
"Tak Kan Kubiarkan Hidupku Tanpa Cita-Cita”
Rasanya sukar dipercaya, sebuah yayasan sosial dan anak asuh yang terletak di permukiman kumuh di daerah Koja, Jakarta Utara memiliki sebuah kesadaran tentang pentingnya sebuah dream (impian). Di dinding ruangan tamu, saya melihat potret sekelompok anak jalanan yang sedang mejeng. Yang mengharukan saya, di bawahnya tertulis “Tak Kubiarkan Hidupku Tanpa Cita-cita”.Sebagai pelatih Brain Power, saya diundang oleh lembaga yang disponsori Bank Niaga Syariah untuk memberikan motivasi kepada anak-anak terlantar, gelandangan, pengemis, preman jalanan yang dibina oleh Yayasan HIMATA.
Sebelum melakukan pelatihan (tgl 24 Februari 08), kami melakukan survey terlebih dahulu (10 Februari 08). Dari arah Yos Sudarso kami membelok ke arah Semper. Tak jauh dari Pasar Ular, kami bertanya kepada penjual buah kaki lima. Apakah mereka tahu di mana Yayasan HIMATA yang terletak di Tanah Merah. Serta merta mereka menunjuk ke arah sebuah gang.
Dengan berkendara sepeda motor kami melului gang yang sangat sempit. Hari itu tidak hujan, tapi air menggenang di sepanjang jalan. Kami melihat di tengah perkampungan ada semacam empang yang akhirnya kami tahu itu bukan empang tapi lapangan sepak bola yang tergendang air.Persis di dekat lapangan itu kami melihat sebuah bangunan yang ditunjukkan sebagai Pusat Pendidikan yang dimiliki Yayasan HIMATA.
Hari itu Sabtu, jadi tidak ada seorang pengurus pun yang bisa membantu kami untuk menunjukkan di mana pelatihan Brain Power itu akan dilangsungkan. Setelah menelepon ketua Yayasan kami dipandu untuk menuju tempat lain yang lumayan jauh dari pusat pendidikan dan asrama putri yayasan tersebut. Kami dipandu dengan sepeda menyusuri gang-gang sempit yang penuh kubangan air.
Sampai akhirnya kami di sebuah rumah yang cukup besar dan bagus. Ternyata itu adalah Yayasan HIMATA. Kami langsung dipertemukan dengan pemimpin Yayasan bernama Pak H Siswandi.Kami sangat terkesan dengan sambutan beliau setelah mengetahui kami adalah team yang akan melatih brain power beberapa minggu lagi di sana. Ia tampak sangat senang dengan pelatihan BRAIN POWER yang akan kami adakan.Kami diperkenalkan kepada penghuni rumah singgah yang sekaligus kantor yayasan HIMATA. Mereka adalah anak jalanan yang terlantar di jalanan, sebagian tidak punya orangtua lagi. Sebagian dari mereka sehari-hari hidup di jalanan sebagai tukang semir sepatu, penjual koran, preman jalanan, pedagang asongan dll. Sore hari mereka tidur di rumah singgah yayasan.”Saya membangun gedung yayasan ini dan gedung sekolah bernilai ratusan juta itu melalui keyakinan dan dream,” ujar Pak Sis (panggilan akrab Pak H. Siswandi). Tidak terlalu mengherankan mengapa pemikiran dan wawasan Pak Sis demikian maju, masalahnya ia mengaku sudah mengikuti pelatihan yang biayanya jutaan sampai belasan juta.”Semua saya dapatkan secara gratis,” ujarnya.
Dakwah DreamBayangan kami tentang Pak Sis, ternyata jauh berbeda dengan anggapan kami selama ini pada kebanyakan yayasan sosial dan pendidikan yang dikelola LSM apalagi berbasis Islam. Ketika berbicara dream apalagi brain power, banyak lembaga berbasis keagamaan gamang apakah pelajaran BRAIN POWER ini bisa diajarkan ini sesuai dengan aqidah? Kegamangan ini karena BRAIN POWER banyak bermain dengan logika dan mengutip pendapat para pakar yang sebagian memang bukan muslim. Selama ini kami cukup berhati-hati untuk menyampaikan BRAIN POWER di depan para pemuka agama yang ortodoks. Untuk bisa meyakinkan bahwa BRAIN POWER tidak akan merusak aqidah kami memetik beberapa ayat Alquran seperti surat Ar Raad yang menyatakan ”Allah SWT tidak akan mengubah nasib suatu kaum jika kaum itu sendiri tidak mengubahnya”. Lalu kami menghubungkan ini dengan pendapat motivator barat bahwa ”Kaya bukanlah nasib tapi pilihan”. Jadi Takdir bisa diubah, sebab rezeki pun ada yang bisa dicari hanya dengan jika kita berusaha di samping rezeki yang memang sudah dijamin dan merupakan hak kita. Tidak benar, bahwa orang non-Islam diberikan keistimewaan dibandingkan ama Islam. Semua manusia punya kesempatan yang sama tanpa memandang dari mana agamanya berasal, sepanjang mereka mengerti hukum alam semesta (universal of law). Bahwa ajaran ikhlas, ajaran memberi-menerima, berbuat baik bukanlah hanya milik Islam, tapi berlaku di seluruh dunia. Siapa yang masuk dalam hukum atau sistem itu akan meraih sukses.
Kebersamaan
Kesan kami harus berhati-hati mengajarkan BRAIN POWER ini serta merta hilang di Yayasan HIMATA, Pak Sis yang ketua Yayasan itu ternyata pemahamannya tentang BRAIN POWER dan POWER OF DREAMS kami yakini jauh dari wawasan kami, sebab bagaimana pun beliau sudah ikut pelatihan luar biasa dari lembaga selain kami. Bahkan beliau sudah bisa menilai mana lembaga yang bagus, serius, bermanfaat, maupun yang main-main.Karena selepas Ashar hujan deras, maka kami tidak jadi pulang. Kami ikut berjamaah Maghris bersama pak Sis dan anak-anak asuhnya yang saya hitung kala itu sekitar 30 orang. Usai shalat, Pak Sis yang menjadi imam memberikan wejangan. Hebat, dia bicara soal dream... sebuah wejangan yang baru kali ini kami dengar dari seorang pimpinan yayasan pendidikan yang berbasis Islam. Lalu ia mempersilakan saya dan staf saya untuk memberikan sekadar pengantar terhadap pengetahuan yang akan kami ajarkan nanti. Ketika kami menyampaikan beberapa hal tentang BRAIN POWER semuanya menatap kami dengan serius, seperti tak sabar pelatihan itu bisa segera dilaksanakan. ”ya... saya seperti tak sabar menunggu tanggal 24,” ujar Pak Sis.Sambil menunggu hujan reda, Pak Sis menawarkan kepada kami bagaimana bila BRAIN POWER ini kami masyarakatkan di kalangan anak terlantar di seluruh Indonesia dengan dimulai dari Jakarta. Tanpa menunggu selesai ia bicara saya langsung setuju. ”Bapak silakan kumpulkan semua gelandangan, pengemis, pengasong, pengamen, dan preman jalanan. Saya akan memberikan pelatihan ini untuk mereka gratis,” kata saya memotong pembicaraannya. Air mukanya terlihat sangat antusias, ia langsung menyampaikan berita baik ini pada staf pengurus yayasan yang lain agar menjadi koordinator atas niat baik ini. ”Kami usahakan ada pejabat atau dermawan yang bisa membantu program ini,” ujar Pak Sis.
Tinggal sebentar dengan para anak jalanan di yayasan HIMATA sungguh sangat membahagiakan. Sekitar 30 anak shalat bersama, makan bersama dalam satu wadah, dan belajar bersama, serta berlatih sesuatu yang bermanfaat. Pelatihnya dari kalangan mereka sendiri yang punya potensi. ”Kami sedang membuat latihan drama anak jalanan yang akan disuguhkan di Japan Foundation bulan Juli nanti,” kata Pak Sis. Kami juga memiliki pelatih bahasa Inggris. Siapa pelatih main drama dan bahasa Inggris itu? Ternyata anak jalanan dan pengasong yang berhasil dibimbing oleh yayasan HIMATA. Sistem itu mirip dengan strategi DNA COM (Dream N Action Community) yang akan merekrut orang-orang yang berhasil dibina untuk membina orang-orang lain agar seperti mereka.Sebelum kami kembali dari yayasan HIMATA kami sempat diperlihatkan produk sabun cair hasil produksi anak-anak jalanan yang dibina oleh HIMATA. Luar biasa! Kesan kami, betapa bagianya hidup bersama kaum marginal. Lebih bahagia lagi betapa bangga dan bahagianya bisa membangkitkan kepercayaan diri dan dream mereka. Kami yakin, pelajaran BRAIN POWER yang akan kami sajikan nanti bisa membuat mereka semakin yakin, bahwa sukses dalam hal apa pun bukanlah nasib, tapi pilihan. *** bambang prakuso.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar