Sabtu, 09 Mei 2009

OPINI




BAHAYA MEDIA MASSA


-Bambang Prakuso-



Bad News Is Good News... ini adalah pedoman wartawan dalam membuat berita. Berita buruk merupakan berita yang bagus untuk dipublikasikan. Jadi artinya yang masuk dalam pikiran Anda adalah sampah. Dalam pelatihan brain power diajarkan bahwa pikiran bawah sadar salah satu sifatnya tidak bisa membedakan benar dan salah. apa pun yang masuk dalam pikiran bnawah sadar akan dianggap sebagai kebenaran. Pikiran sadar boleh berita kriminal atau berita sumanto makan manusia atau ryan melakukan mutilasi itu berita yang buruk tak pantas ditonton karena tidak ada manfaatnya. Tapi Anda tetap menonton, Anda tidak tahu bahwa apa pun yang Anda tonton akan masuk ke pikiran bawah sadar. Pikiran bawah sadar tidak bisa membedakan benar dan salah, baik atau buruk... baginya semua yang masuk adalah baik.

Dengan teori itu pantas saja jika berita ryan akan menghasilkan ryan yang lain, sumanto lain... dan berita negatif yang sama yang diberikan media baik cetak maupun elektronik. Kita boleh mengatakan tindakan ryan salah, tapi kita tidak memahami otak bawah sadar akan merespons semua yang masuk ke dalam pikiran bawah sadar kita sebagai suatu kebaikan. Bagi Hitler membunuh orang tidak salah. Ia yakin itu karena ia percaya pada ajaran dan anjuran Darwinisme seperti yang dibacanya ketika kuliah. Darwin tak mungkin mengatakan ajarannya buruk. Ketika Hitler membaca buku-buku itu pikiran bawah sadar Hitler mengatakan "benar-benar" Begitu juga ketika Anda membaca komunisme... Anda membaca buku Karl Max... Pikiran A nda tak mungkin menasihati Anda... "Dul itu salah... kamu keliru. " Tidak ada itu. Sifat pikiran bawah sadar tidak bisa membedakan benar dan salah. Yang ia tahu semua yang anda baca, dengar, lihat adalah kebenaran sekalipun pikiran sadar anda mengatakan salah.

Jadi inilah yang tidak disadari oleh media khususnya para wartawan. Wartawan tidak pernah dididik NLP (Neuro Linguistic Programing). Wartawan dididik untuk memberitakan apa adanya; baik atau buruk. Celakanya semakin buruk justru dianggap semakin bagus. Cover both sides (pemberitaan berimbang) malah bikin tambah runyam lagi karena kedua belah pihak akan melontarkan pernyataan yang negatif. Andaikata ia tahu ilmu ini mungkin wartawan kita hati menurunkan berita. Ia akan meyakini apa yang ia tulis dapat menjadi pikiran bagi seseorang, pikiran akan menjadi tindakan, tindakan akan jadi karakter, karakter akan memunculkan nasib seseorang. Seorang wartawan yang menurunkan berita kriminal, mistik, gossip dll... akan menciptakan masyarakat seperti yang diberitakan.

Dulu saya adalah wartawan dan pernah jadi redaktur pelaksana, pemimpin redaksi dan pemimpin umum di media cetak. 5 tahun pertama saya bekerja di penerbitan yang menampilkan berita-berita kriminal. Tapi karena saya kurang berbakat melakukan investigasi untuk berita semacam itu saya segera dipindah jadi redaksi, sehingga pemberitaan saya yang menyangkut kriminal masih bisa dihutung di bawah angka 10. Dan saya bersyukur karena setelah itu saya pindah ke media lain dan membangun media yang positif seperti di bidang human resource, pendidikan, dan parawisata.

Sekarang saya menjadi seorang motivator sekalipun saya tidak pernah bermimpi atau bercita-cita sebagai motivator. Impian saya yang kuat untuk menciptakan masyarakat yang sejahtera, cerdas, mandiri, dan berbudi luhur direspon pikiran bawah sadar saya dan Tuhan. Saya menjadi motivator seolah-olah Tuhan mengatakan "Bambang sampeyan kan punya impian mulia itu... nah mulailah melatih gelandangan, anak jalanan yang hidupnya pesimis itu, para pelajar yang suka tawuran itu, para mahasiswa yang suka demo itu, para guru yang sekrang frustrasi karena di satu sisi mikirin siswa yang sudah tidak hormat pada gurunya di sisi lain gajinya masih di bawah garis kemiskinan jika diambil standard bank dunia, para pejabat yang sanat birokrat itu, para pebisnis yang tidak bisa membuat impian, para pejabat yang masih berpikir seperti orde baru dan sebagainya. Satu impian saya.... kapan saya bisa mendidik rekan atau adik-adik saya yang wartawan? Saya email semua stasiun televisi, semua media cetak... walau saya tahu apa yang saya lakukan bukan bad news.... .

Saya selalu bilang pada peserta pelatihan... Bukti wartawan suka bad newsw adalah.... walaupun hari ini saya melatih 1000 orang untuk pemberdayaan kekuatan pikiran, wartawan tidak akan tertarik untuk memberitakan. "Tapi mari kita 10 orang saja ke senayan atau istana, kita demo, bentangkan spanduk atau lempari batu senayan... Kita akan masuk koran.." kata saya. Thats is reporter. Tapi Alhamdulillah doa saya terjawab, impian saya terkabul. Saya mengalami kejaiban the power of dream untuk yang kesekian ribu kali.... Perwakilan DNA!COM di Medan telepon, mereka sedang merancang pelatihan brain power (18 Juli) bagi sekolompok wartawan di kota Medan. It's the law of attrraction.

Tidak ada komentar: